Tag: Selalu mengucap syukur

  • Mengucap Syukur Dalam Segala Hal

    Mengucap Syukur Dalam Segala Hal

    Mazmur 118:1-1
    “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” 

    Bila kita renungkan, sesungguhnya perjalanan hidup kita adalah rangkaian dari mujizat. Namun umumnya orang beranggapan bahwa yang disebut dengan mujizat adalah suatu perkara yang luar biasa, mengherankan dan tampak spektakuler seperti yang terjadi didalam cerita alkitab ketika Tuhan membuat mujizat besar kepada bangsa Israel (laut terbelah), cerita lain dalam perjanjian baru: orang lumpuh bisa berjalan, orang tuli bisa mendengar, orang buta dicelikkan matanya dan lain sebagainya. Padahal kalau kita menyadari, banyak sekali hal-hal yang kita alami sehari-hari: kita bisa bernafas, memiliki tubuh yang sehat, bisa bangun pagi dengan kekuatan yang baru, bisa beraktivitas atau bekerja, anak-anak tumbuh cerdas dan berhasil dalam studi kita. Sering kali kita memaknai kehidupan kita sebagai hal yang biasa dan sepele. Bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa semua yang terjadi didalam hidup adalah karena kuat dan gagah kita, padahal semua itu karena campur tangan Tuhan. Oleh karena itu kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk semua itu.

    1 Tesalonika 5 : 18
    Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

    Didalam 1 Tesalonika 5 : 18, kita di ajarkan untuk semakin mengerti kehendak Allah bagi kita dan senantiasa mengucap syukur dalam segala hal. Ini berarti walaupun kita sedang ditimpa masalah atau pencobaan, kita tetap harus mengucap syukur kepada Allah. Ayat ini tidak memberi kita pilihan. Kalau kita tidak mengucap syukur dalam segala hal, berarti kita sedang tidak berada di dalam kehendak Allah, sedang mengingkari, tidak taat dan melawan kehendak Allah!

    Apa implikasi ayat ini di dalam kehidupan kita ?

    Ini berarti, dengan tidak mengucap syukur dalam segala hal kita sedang berada di luar jalur kehendak Allah dan sedang memberontak terhadap kehendak Allah dalam hidup kita. Tindakan tidak mengucap syukur adalah suatu tindakan pemberontakan yang halus terhadap Allah. Dan tidak ada pemberontak yang akan mengalami penyertaan Allah. Ini merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat dengan mengamati orang di sekitar kita. Orang yang selalu mengeluh dan negatif, seringkali tidak mengalami penyertaan Allah dalam hidup mereka. Karena tidaklah mungkin Allah menyertai orang yang tidak taat dan melawan Allahnya.

    Mengucap syukur adalah suatu sikap yang benar dan suatu tanda bahwa kita berusaha mengerti kehendak Tuhan. Ketika mengucap syukur kepada Tuhan pasti ada berkat dan mujizat. yang Tuhan sudah sediakan bagi kita. Dengan bersyukur kita mempersiapkan diri untuk menerima mujizat dan berkat dari Tuhan. Jadi pintu gerbang memasuki kehidupan yang berkemenangan dan berkelimpahan adalah melalui ucapan syukur. Artinya ketika kita mengucap syukur pintu kesempatan, pintu kesembuhan, pintu pemulihan, pintu mujizat, pintu pertolongan, pintu berkat akan semakin terbuka bagi kita, sebab orang yang selalu bersyukur mampu melihat sisi positif di balik masalah, mampu melihat kebaikan di balik hal-hal buruk sekalipun, mampu melihat keajaiban di balik kemustahilan karena tahu bahwa “…Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,” (Roma 8:28). Sebaliknya orang yang suka bersungut-sungut hanya melihat hal-hal negatif di balik masalah, karena pikiran dipenuhi dengan keraguan, ketakutan dan kekuatiran sebagai tanda ketidakpercayaan akan kuasa Tuhan.

    Ketika kita bersyukur kita sedang menyerahkan segala pergumulan hidup ini kepada Tuhan dan mengijinkan Dia bekerja sepenuhnya di dalam kita.
    Tuhan Memberkati

  • Kepuasan Sejati Hanya Didalam Yesus

    Kepuasan Sejati Hanya Didalam Yesus

    MAZ 107: 8 – 9
    (8) Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,
    (9) sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan

    Seorang lelaki yang diketahui sebagai turis asal Inggris bunuh diri dari atas menara Eifel Perancis. Tindakan itu dilakukan oleh si lelaki dengan cara terjun dari ketinggian 324 meter sekitar pukul 22.30 waktu setempat, Minggu 24 Juni 2012.” Demikian kata sebuah laporan situs. Pertanyaan kita di sini, mengapa ia melakukannya? Bukankah ia orang yang banyak uang, sehingga ia dapat melakukan apa saja yang ia inginkan? Ya, benar tetapi ia kehilangan kepuasan yang sebenarnya. Ia sudah melanglang buana tetapi tidak memperoleh kepuasan. Dia seperti pengembara di padang belantara yang hatinya kosong dan kering, tanpa kesegaran dan kesejukan.

    Dimanakah letak kepuasan sejati? Sumbernya hanyalah Allah sendiri. Bandingkan apayang dikatakan Yesus kepada perempuan Samaria ketika datang menimba air di sumur Yakub? “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi. Tetapi barangsiapa yang minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yohanes 4:13-14). Ketika perempuan itu memberi respons (ay 15), ia memperoleh suatu kepuasan yang baru dan kembali ke kampungnya menjadi berkat bagi banyak orang. Yang menarik adalah antusiasmenya untuk pergi memberitahukan kepada banyak orang tentang apa yang ia telah alami. Kepuasan rohani yang ia alami tidak sama dengan kepuasan duniawi. Kehausannya akan kebenaran telah membawanya ke dalam perubahan hidup yang radikal.

    Dunia yang sedang mencari kepuasan semu, memerlukan berita tentang Yesus sebagai sumber kepuasan sejati. Sudahkah saudara memiliki air hidup itu? Kalau benar, maka selayaknyalah itu disampaikan pada orang lain, sebelum mereka hancur dan binasa tanpa pengharapan.

    Inspirasi: Dunia telah menawarkan berbagai macam cara untuk mendapatkan kepuasan jiwa tetapi semuanya kosong, kecuali berasal dari Sang Pencipta hati itu sendiri (BB)